Rabu, 11 November 2009

BIMBINGAN DAN PENYULUHAN MASYARAKAT

Kehidupan Modern : Pandangan Seorang Psikolog
Elisabeth Luksa, seorang logoterapis, mencatat salah satu prestasi penting dari proses modernisasi di dunia Barat, yakni melepaskan diri dari berbagai belenggu tradisi yang serba menghambat, sekaligus berhasil meraih kebebasan (freedom) dalam hampir semua bidang kehidupan.
Pertama, tradisi orang tua untuk menjodohkan anak-anaknya atas dasar pertimbangan sosial-ekonomi telah berhasil dihilangkan dan diganti dngan kebebasan anak untuk menentukan pilihan atas dasar pertimbangan dan keinginan sendiri. Data statistik menunjukkan angka perceraian makin lama makin tinggi.
Kedua, kaum wanita berhasil mengembangkan karir profesional diluar fungsi tradisional mereka istri dan ibu semata-mata. Keberhasilan meraih karir setara kaum pria ini tidak jarang diwarnai dengan konflik-peran antara tuntunan professional dengan tanggungjawab kekeluargaan.
Ketiga, kebebasan seks dan peluang untuk melakukannya ternyata menjadikan fungsi hubungan seks bukan sebagai ungkapan cinta kasih melainkan sebagai tuntutan dan keharusan untuk berhasil meraih puncak kenikmatan. Akibatnya justru makin sering terjadi gangguan fungsi seksual pada pria dan wanita dewasa.
Keempat, pola asuh yang menanamkan kemandirian dan kemandirian dan kebebasan pada anak-anak membuka luas ambang keserba-bolehan (permissiveness). Akibatnya anak-anak menjadi terlalu bebas dan cenderung lepas kendali, sehingga tidak jelas lagi bagi mereka apa yang seharusnya mereka lakukan dan apa sebenarnya yang mereka inginkan.
Kelima, pembebasan diri dari aturan-aturan estetika seni tradisonal mengakibatkan seni modern makin sulit dipahami dan dihayati, karena ungkapan estetisnya main “tidak berbentuk”.
Keenam, asas-asas dan tuntutan keagamaan yang makin rasional sering berubah-ubah seiring dengan mendangkalnya pengahayatannya. Agama di Barat seakan-akan telah kehilangan fungsinya sebagai pedoman hidup dan sumber ketanangan batin.

Makna Hidup : Karakteristik dan Fungsinya
Makna hidup adalah hal-hal yang oleh seseorang dipandang penting dirasakan berharga dan diyakini sebagai suatu yang benar serta dapat dijadikan tujuan hidupnya. Karakteristik makna hidup adalah personal, temporer, dan unik, artinya apa yang dianggap penting dapat berubah dari waktu ke waktu. Sifat lainnya adalah konkrit dan spesifik, yakni makna hidup benar-benar dapat ditemukan dalam pengalaman nyata dan kehidupan sehari-hari, serta tidak harus selalu dikaitkan dengan hal-hal serba abstrak filosofis dan idealistis atau karya seni dan prestasi akademis yang serba menakjubkan.

Sumber-Sumber Makna Hidup
Ada 3 nilai yang merupakan sumber makna hidup, yakni:
1.Creative values (nilai-nilai kreatif): bekerja dan berkarya serta melaksanakan tugas dengan keterlibatan dan tanggung jawab penuh pada pekerjaan.
2.Experiental values (nilai-nilai penghayatan): meyakini dan menghayati kebenaran, kebajikan, keindahan, keadilan, keimanan, dan nilai-nilai lain yang dianggap berharga.
3.Atituditual values (nilai-nilai bersikap): menerima dengan tabah dan mengambil sikap yang tepat terhadap penderitaan yang tidak dapat dihindari lagi setelah berbagai upaya dilakukan secara optimal.

Hidup Bermakna : Gerbang Kebahagiaan
Orang-orang yang menghayati hidup bermakna adalah mereka yang mampu menyintai dan menerima cinta kasih orang lain, serta menyadari bahwa cinta kasih merupakan salah satu nilai hidup yang menjadikan hidup ini bermakna.

Logoanalisis : Metodologi Untuk Menemukan Makna Hidup
Logoanalisis dikembangkan oleh James C. Crumbaugh, salah seorang murid Viktor Frankl di Amerika Serikat. Logoanalisis bertujuan untuk membantu menemukan makna hidup bagi setiap orang yang ingin mengembangkan kehidupan bermakna dengan menerapkan metode-metode Self evaluation; Acting as if; Encounter; Searching for meaningful values.

Unsur-unsur Penentu Awetnya Perkawinan
1.Komitmen : niat dan itikad dari kedua suami istri untuk tetap mempertahankan perkawinan mereka.
2.Harapan-harapan Realistis : pasangan-pasangan awet biasanya menerima kenyataan ini secara realistis yang didasari kesadaran dan kesedihan dan pengalaman orang lain.
3.Keluwesan : kesedian suami dan semua untuk menyesuaikan diri dan meningkatkan toleransi terhadap hal-hal yang berbeda dari pihak pasanganya, baik dalam hal sikap, minat, sifat dan kebiasaan serta pandangan masing-masing.
4.Komunikasi : kesediaan dan keberhasilan untuk memberi dan menerima pendapat, tanggapan, ungkapan, keinginan, saran, umpan-balik dari suatu pihak kepada pihak lain secara baik yang dilakukan tanpa menyakiti hati salah satu pihak lain.
5.Silang Sengketa dan Kompromi : sengketa adalah hal yang tidak dapat dihindari dari hidup perkawinan, betapapun rukunnya kedua suami-istri.
6.Menyisihkan Waktu Untuk Berdua : memang tak mudah untuk berdua-dua bila anak-anak hadir. Pada pasangan awet ternyata mereka secara sengaja mengatur dan menyisihkan waktu untuk berdua tanpa hadirnya anak-anak.
7.Hubungan Seks : pada pasangan dengan perkawinan awet ternyata khusus ini tetap dilakukan dan dipertahankan dengan kesadaran bahwa hal itu merupakan salah satu bentuk komunikasi dan kebersamaan secara intim.
8.Kemampuan Untuk Menghadapi Berbagai Kesulitan : bila terjadi kesulitan dan masalah-masalah melanda rumah tangga, pasangan yang awet ternyata kompak menghadapinya, mereka berbagi duka. Hal ini menurut mereka menyebabkan makin eratnya hubungan diantara mereka.
Menurut Florence Issacs unsure-unsur tersebut merupakan semacam pedoman bagi pasangan suami-istri dalam mempertahankan dan membina perkawinan meraka.

Mengenal Kondisi Masyarakat
Setiap lingkungan masyarakat memiliki struktur, nilai-nilai, potensi, kendala dan dinamika masing-masing. Dalam melaksanakan bimbingan, penyuluhan dan pendidikan masyarakat kondisi itu perlu benar-benar dikenali, agar jelas hal-hal (positif) mana yang perlu ditingkatkan pengembangannya dan hal-hal (negative) apa yang justru harus dikurangi dan dihambat supaya tidak berkembang.
Ada 4 aspek yang penting dalam kehidupan masyarakat yang sekiranya perlu mendapat perhatian para pembimbing dan penyuluh masyarakat, yakni :
a.Nilai-nilai yang dianut masyarakat
b.Kebutuhan utama masyarakat
c.Hal-hal peka dalam masyarakat
d.Kondisi actual masyarakat

Telah dikemukakan gambaran umum dari masalah yang berkaitan dengan kegiatan bimbingan dan penyuluhan masyarakat, serta beberapa pemikiran mengenai asas-asas Islami untuk metode dan teknik-teknik bimbingan dan penyuluhan masyarakat.
Memasuki awal kurun globalisasi dengan segala dampak positif dan negatifnya dalam kehidupan pribadi dan masyarakat, ilmu dan keahlian Bimbingan dan Penyuluhan Masyarakat & Penerangan Agama menduduki posisi penting. Dengan demikian eksistensi pendidikan dalam bidang-bidang ini harus diakui relevensinya untuk pendidikan masyarakat. Untuk itu maka penyempuran kurukulum pendidikan sangat diperlukan.
Berbicara mengenai kurikulum pendidikan ada beberapa hal yang diusulkan :
Pertama, bekal ilmu teoretis sudah cukup banyak diberikan, tetapi tampaknya peluang untuk latihan aplikasi di lapangan perlu diberikan porsi lebih besar lagi, mengingat kegiatan bimbingan dan penyuluhan masyarakat (BPM) dan penerangan & penyiaran agama (PPA) kenyataannya banyak memerlukan ketrampilan aplikatif.
Kedua, perlu dipikirkan, dicari dan dirumuskan berbagai asas Islami untuk menyempurnakan dan memantapkan metodologi dan teknik-teknik yang sudah ada.
Ketiga, perlu dirancang paket-paket program pelatihan pengembangan pribadi (Personal Growih) untuk para calon dai yang disesuikan dengan nilai-nilai agamis dan situsi latar belakang peserta. Dan selama masa pendidikannya para peserta mendapat kesempatan untuk mengikuti program-program pelatihan yang diperlukan.
Keempat, perlu dibentuk semacam forum komunikasi dan hubungan konsultasi antara para alumni jurusan pendidikan tinggi dengan Almamater untuk saling memberikan masukan dalam rangka penyempurnaan kurukulum pendidikan dan pengembangan ilmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar