Rabu, 11 November 2009

Kerangka Konseptual Filsafat Ilmu

A. Definisi Filsafat
Filsafat adalah studi yang mempelajari tentang fenomena-fenomena yang terjadi dan pemikiran manusia secara mendalam. Selain itu, filsafat dapat diartikan sebagai hikmah atau hakikat, yaitu latar belakang yang mendasari terjadinya suatu hal (bagaimana, apa, dan mengapa).
Dalam bahasa yunani, filsafat tersusun dari dua kata yaitu philia/philos yang berarti persahabatan, cinta, dan sebagainya. Dan shopia yaitu kebijaksanaan. Jadi, secara harfiah artinya adalah pecinta kebijaksanaan atau kecintaan terhadap kebijaksanaan.
Secara real, filasafat adalah pengetahuan mengenai semua hal melalui sebab-sebab terakhir yang didapat melalui penalaran atau akal budi. Ia mencari hakikat dari segala sesuatu.

Berikut ini adalah beberapa pendapat para ahli mengenai definisi filsafat :
Al Farabi (870 – 950 M). seorang Filsuf Muslim mendefinidikan Filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikatnya yang sebenarnya. Al- Farabi mengatakan bahwa filsafat adalah mengetahui semua yang wujud karena ia wujud.(al-ilm bil maujudat bimahiya maujudah). Tujuan terpenting mempelajari filsafat adalah mengetahui tuhan, bahwa ia esa dan tidak bergerak, bahwa ia memjadi sebab yang aktif bagi semua yang ada , bahwa ia mengatur alam ini dengan kemurahan, kebijaksanaan dan keadilan-Nya, Seorang filosof atau al hakim adalah orang yang mempunyai pengetahuan tentang zat yang ada dengan sendirinya (al-wajibli-dzatihi), Wujud selain Allah , yaitu mahluk adalah wujud yang tidak sempurna.
Al-Kindi yaitu tokoh diikalangan kaum muslimin , orang yang pertama memberikan pengertian filsafat dan lapangannya adalah Al-kindi, ia membagi filsafat 3 bagian :(1)Thibiyyat (ilmu fisika) sebagi sesuatu yang berbenda (2) al-ilm-ur-riyadli (matematika) terdiri dari ilmu hitung , tehnik, astronomi, dan musik, berhubungan dengan benda tapi punya wujud sendiri, dan yang tertinggi adalah (3) ilm ur-Rububiyyah (ilmu ketuhanan)/ tidak berhubungan dengan benda sama sekali.
Aristoteles (382 – 322 S.M) murid Plato, mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Dia juga berpendapat bahwa filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda.
Plato salah seorang murid Socrates yang hidup antara 427 – 347 Sebelum Masehi mengartikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala yang ada, serta pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.
Sonny Keraf dan Mikhael Dua mengartikan filsafat sebagai ilmu tentang berfikir dan bertanya tentang segala hal (apa saja bahkan pemikiran itu sendiri) dari segala sudut pandang.

Melihat dari makna filsafat yang telah dikemukakan para ahli di atas, tidak ada pengertian yang saling bertentangan. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah ilmu yang berorientasi untuk berfikir, dan mencari hakikat mengenai segala hal. Baik itu manusia,alam,bahkan hal yang sifatnya ghaib, seperti hakikat ketuhanan hingga akhirat untuk menemukan kebenaran yang pasti mengenai hal-hal tersebut.
Filsafat mencoba mengkaji alam semesta dalam segi nilai dan hakikat. Bahkan jika hal itu tidak dapat dijangkau dengan panca indera manusia sekalipun (seperti Tuhan, akhirat, dan sebagainya). Bidang kajian filsafat mencakup segala hal selama masih bisa dijangkau oleh akal.
Syekh Mustafa abdurraziq, setelah meneliti pemakaian kata-kata filsafat dikalangan muslim, maka berkesimpulan bahwa kata-kata hikmah dan hakim dalam bahasa arab dipakai dalam arti ”filsafat dan filosof” dan sebaliknya, mereka mengatakan hukama-ul-islam atau Falasifatul-islam
Hikmah adalah perkara tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia dengan melalui alat- alat tertentu, yaitu akal dan metode-metode berfikirnya. Allah berfirman : QS Albaqorah (2) :269 : Allah memberikan hikmah kepada orang yang dikehendaki-Nya dan siapa yang diberikan hikmat, Maka ia telah diberi kebaikan yang banyak sekali”
Datangnya hikmah bukan dari penglihatan saja, tetapi juga dari penglihatan dan hati, atau dengan kata-kata lain , dengan mata hati dan pikiran yang tertuju kepada alam yang ada disekeling kita, banyak orang yang melihat tetapi tidak memperhatikan dan mencari hikmah di baliknya, karena itu Allah mengajak kita untuk melihat dan memikirkan. Dalam QS Adz Dzariyat (51) 20 21 Allah berfirman :” Pada bumi ada tanda-tanda (kebesaran Tuhan ) bagi orang yang yakin, apakah kamu tidak mengetahui”
Melalui Al-Qur'an Allah subhanahu wa ta'ala secara tersurat mengajak hambaNya untuk berfikir filsafati. dalam ayat-ayat Al-Qur'an, Allah subhanahu wa ta'ala kerap kali membuat perumpamaan-perumpamaan untuk memancing manusia menggunakan akal pikirannya.
Seperti pada QS.29. Al-Ankabut 41: "Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui."
pemakaian kata laba-laba sebagai musyabbah bihi (kata yang menjadi perumpamaan), dan pekerjaan membuat sarang sebagai wajhus syabh (sisi atau sifat yang sama, yaitu lemah), sangtlah beralasan.
Allah mentafsirkan orang-orang yang mempersekutukanNya ibarat laba-laba. Capek-capek ia buat, ternyata sangat lemah dan rapuh. Dengan hanya sekali tiup, terbang serta rusaklah rumah laba-laba itu.
Juga pada QS.7. Al-Araf 40: "Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan menyombongkan diri terhadapNya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit, dan tidak pula mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum". Melalui ayat ini, Allah subhanahu wa ta'ala memberi ancaman kepada orang-orang yang mendustakan ayat-ayatNya (orang kafir) bahwa menikmati surga adalah mustahil bagi mereka, hingga unta masuk ke lubang jarum yang kita semua tahu bahwa tidak mungkin seekor unta bisa masuk ke dalam lubang jarum yang ukurannya sangat kecil.

Filsafat juga berarti merasa sedalam-dalamnya.
Contoh sederhana, seorang anak yang dibekali payung oleh ibunya saat keluar rumah, memakai payung tersbut ketika cuaca sedang tidak terik ataupun hujan. Hal ini terjadi karena anak yang polos itu tidak mengetahui bahwa filosofi memakai payung adalah untuk berlindung dari hujan atau terik matahari.

II. Objek Kajian Filsafat

1. Objek Material
Obyek material adalah segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat. segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat. Pendapat lain yaitu Objek yang secara wujudnya dapat dijadikan bahan telaahan dalam berfikir. objek material filsafat juga berarti sarwa yang ada (segala sesuatu yang berwujud atau yang diyakini keberadaannya). Dalam hal ini, maka objek material filsafat yakni Tiga persoalan pokok (1) hakikat tuhan, (2) hakikat Alam dam (3) hakikat manusia.

2.Objek Formal
Objek formal adalah cara pendekatan yang dipakai atas obyek material, yang sedemikian khas sehingga mencirikan atau mengkhususkan bidang kegiatan yang bersangkutan. Jika cara pendekatan itu logis, konsisten dan efisien, maka dihasilkanlah sistem filsafat. objek formal filsafat menggambarkan tentang cara dan sifat berfikir terhadap objek material tersebut. Dengan kata lain objek formal filsafat mengacu pada sudut pandang yang digunakan dalam memikirkan objek material filsafat. Sehingga ada yang berpendapat bahwa objek formal filsafat adalah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya sampai keakarnya) tentang obyek materi filsafat. Sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa objek formal filsafat adalah kebenaran, kebaikan, dan keindahan secara berdialektika. Dengan beralasan bahwa setiap ilmu memiliki objek formal yang khas, maka yang membuat setiap disiplin ilmu berbeda adalah objek formalnya. Sedangkan kebenaran, keindahan, dan kebaikan itu sendiri hanya dibatasi oleh filsafat, maka ketiganya menjadi objek formal filsafat (Inu Kencana Syafi'i 2004).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar